السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA

Senin, 10 Maret 2014

Jangan BERLEBIHAN Dalam Beribadah

Diriwayatkan dari Aisyah ra, bahwa Alhaula binti Tuwait berjalan bersamanya. Disampingnya juga ada Rasulullah Saw, lalu Aisyah ra berkata, "Ini adalah Alhaula binti Tuwait, orang-orang mengatakan bahwa dia tidak tidur pada malam hari.", maka Rasulullah bersabda, "Dia tidak tidur pada malam hari ?, kerjakanlah amal seberapa yang kamu mampu. Demi Allah, Tuhan tidak akan bosan hingga kamulah yang bosan." (HR. Muslim, Ahmad dan Ath Thabarani).

Sesungguhnya Allah itu memudahkan bagi kita dalam menjalankan agama. Allah tidak mempersulit bagi orang-orang yang ingin menempuh jalan kebenaran. Kemudahan dalam beragama merupakan nikmat yang diberikan kepada kita.

 يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ

Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu (QS. Al-Baqarah 185)

Oleh karena itu, janganlah memberatkan diri dalam menjalankan ibadah. Tidak baik berlebih-lebihan dalam beramal sampai-sampai memberatkan diri sendiri. Sesungguhnya orang yang memberatkan dirinya dalam beribadah berarti ia telah menyalahi hakikat Islam. Bukankah Rasulullah Saw, telah bersabda, "Sesungguhnya agama itu mudah. Janganlah seorangpun memberatkan agama kecuali menguasainya. Maka luruskanlah, berlakulah wajar dan bergembiralah. Mintalah pertolongan pada waktu yang lapang di pagi hari dan sedikit di malam hari" (HR. Bukhari, An Nasai dan Ahmad).

Kita wajib menyederhanakan amal ibadah. Namun tidak boleh mengurangi dari kadar yang telah ditentukan. Kita juga dilarang untuk melebih-lebihkan. Artinya beribadahlah sesuai dengan kewajaran. Allah SWT tidak menjamin pahala bagi orang yang memaksakan diri menunaikan ibadah. Seperti seseorang yang memaksakan diri dalam menjalankan amalan-amalan sunnah secara berlebih-lebihan, sampai melupakan kewajiban utama. Ibadah yang berlebih-lebihan menyebabkan seseorang menjadi cepat bosan. Yang akhirnya timbul rasa malas dan ujung-ujungnya sama sekali enggan melaksanakannya.

Sesungguhnya agama Islam menghendaki agar umat ini bisa bahagia dunia dan akhirat. Islam tidak menghendaki seseorang hanya mengejar kebahagiaan akhirat saja, sementara kehidupan dunianya menyedihkan. Oleh karena itu di dalam beribadah, Islam mengatur waktu-waktu tertentu. Kita diberi waktu kapan untuk menunaikan kewajiban duniawi dan kapan menunaikan kewajiban ukhrawi.

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الأرْضِ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (QS. Al-Qashash 77).

Diriwayatkan bahwa ada tiga orang yang mendatangi istri Nabi Saw, mereka saling menceritakan amal ibadah yang dilakukannya. "Sesungguhnya aku shalat malam selama-lamanya". Ada yang berkata, "Aku berpuasa sepanjang masa dan tidak berbuka". Yang lainmengatakan,"Aku menjauhi wanita dan tidak akan menikah untuk selama-lamanya". Kemudian Rasulullah Saw datang dan mendengar ucapan mereka. Rasulullah Saw bersabda, "Benarkah yang mengatakan demikian. Demi Allah, sesungguhnya aku lebih takut kepada Allah daripada kalian. Namun aku berpuasa dan berbuka, aku shalat, aku tidur, dan aku mengawini wanita. Barangsiapa yang membenci sunnahku, maka bukanlah dari umatku". (HR. Bukhari dan Muslim). 

Sesungguhnya Islam tidak serumit agama-agama lainnya. Islam cukup sederhana dan tidak menyulitkan bagi pemeluknya dalam menjalankan ibadah. Kita tidak boleh melakukan ibadah secara berlebih-lebihan dan memaksakan diri. Tetapi juga tidak boleh mengurangi aturan yang sudah ditentukan.

Haula, adalah wanita shalihah pada jaman Nabi Saw. Ia memaksakan diri beramal ibadah kepada allah. Ia merasa bahwa dengan ibadahnya yang berlebih-lebihan itu menjadikan dirinya mulia dihadapan Allah. Bayangkan dia tidak tidur di malam hari dan tegak menunaikan shalat. Ketika siang haripun sibuk berpuasa dan tegak berdiri untuk shalat, bahkan duduk tafakur tak kenal waktu. Ia menyangka dengan melakukan demikian itu dirinya menjadi lebih mulia. Namun sesungguhnya Islam tidak menghendaki seperti itu. Justru apa yang dilakukannya itu menyalahi petunjuk islam. Bukankah Islam menyuruh umat untuk hidup seimbang, dan tidak melampaui batas.

Seandainya Islam menyuruh manusia untuk mengejar kepentingan akhirat saja, barangkali rasulullah tidak menegur Haula. Padahal ketika Aisyah memperkenalkan, "Inilah Haula, orang bilang ia tidak pernah tidur malam". Lalu Rasulullah menimpali dengan heran, "Dia tidak tidur malam?". Selanjutnya Rasulullah Saw memperingatkan agar Haula beribadah secara wajar, tidak berlebih-lebihan. Karena kewajaran itu akan menghasilkan kebaikan. Meskipun ibadah itu adalah baik, tetapi jika berlebih-lebihan akan menghasilkan kemudlaratan.

2 komentar:

  1. Subhanallah, terima kasih atas masukannya.
    Sangat berguna sekali bagi saya dan untuk umat muslim ke depannya.

    BalasHapus
  2. Subhanallah, terimakasih ya akhi..

    BalasHapus