السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA

Selasa, 25 Maret 2014

Amalan Agar Disegerakan Ke Baitullah



“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari kewajiban haji maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (Ali ‘Imran: 97)

Berhaji dan Berumrah adalah cita-cita semua umat Islam didunia, tetapi karena keterbatasan dalam hal biaya menjadi kendala sehingga masih banyak yang belum berkesempatan untuk menunaikannya. Janganlah berputus Asa, Teruslah berdoa dan berusaha, Karena Allah Maha Kuasa terhadap apa-apa yang dikehendakinya.

Sedikit kami persembahkan Amalan-amalan yang semoga bermanfaat untuk diamalkan, selebihnya berserah diri dan berbaik sangkalah kepada Allah SWT agar kita menjadi yang terpilih sebagai tamu-Nya.  

  1. Melaksanakan Shalat fardhu tepat waktu (disertai shalat sunat qabliyah, ba’diyah). 
  1. Qiyamullail (mendirikan shalat malam), shalat witir, dan baca tasbih 100x.
  1. Shalat sunat dhuha. 
  1. Berdoa khusus setelah shalat fardhu, “Ya Allah, karuniakanlah kepada kami kesempatan untuk bisa berziarah ke tanah haramMu dan tanah haram nabiMu Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.” Lalu dilanjutkan dengan membaca shalawat Ibrahimiyyah, yaitu shalawat yang dibaca di Tahiyat terakhir.
  1. Bersedekah. 
  1. Membiasakan membaca QS AlWaqiah dan Ismullahil a’zham [QS. AlHasyr (59):21-24] setelah shalat subuh dan atau shalat asyar.
لَوْ أَنْزَلْنَا هَذَا الْقُرْآنَ عَلَى جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ (21) هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ (22) هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ (23) هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (24)

(1) Kalau sekiranya Kami menurunkan Al Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.
(2) Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
(3) Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa,   Yang Memiliki segala keagungan, Maha Suci, Allah dari apa yang
Mereka persekutukan.
(4) Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

  1. Merutinkan membaca QS Yasin seusai shalat Maghrib. 
  1. Membaca “Yaa Fattaahu Yaa Razzaaq” 11x setelah shalat fardu.
  1. Membaca “Laa haula wa laa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘azhiim” 100x sehari. 
  1. Membaca Ismullahil a’zham [QS. AlHadiid (57):1-6] setiap Jumat pagi.
سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (١) لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (٢) هُوَ الأوَّلُ وَالآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (٣) هُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الأرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (٤) لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الأمُورُ (٥) يُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَهُوَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ (٦)

(1).  Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Alloh (menyatakan kebesaran Alloh). dan dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (2).  Kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, dia menghidupkan dan mematikan, dan dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (3).  Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang Bathin[1452]; dan dia Maha mengetahui segala sesuatu.(4).  Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian dia bersemayam di atas ´arsy[1453] dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya [yaitu amal dan do'a do'a hambaNya]. dan dia bersama kamu di mama saja kamu berada. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.(5).  Kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi. dan kepada Allah-lah dikembalikan segala urusan.(6).  Dialah yang memasukkan malam ke dalam siang (malam lebih panjang) dan memasukkan siang ke dalam malam [siang lebih panjang]. dan dia Maha mengetahui segala isi hati.

  1. Beristighfar dan bershalawat minimal 100x sehari. Lebih utama dilakukan sebelum subuh hingga setelah Tahajud.
Tentunya dibarengi dengan usaha lebih giat dan meninggalkan perkara yang tidak disukai Allah serta mulai menabung sesuai kemampuan…..Insya Allah tercapai hajat kita, Karena Allah Maha Kuasa dan pemberi hajat dari pintu yang tidak pernah kita duga, ...Amin 
Semoga bermanfaat !!

Kamis, 13 Maret 2014

Boleh Jadi, INDONESIA Tempat Lahirnya Kembali Era Kejayaan Islam



John L Esposito Dalam sebuah artikelnya berjudul "Islam's Southeast Asia Shift, a success that Could Lead Renewal in the Muslim World" yang dimuat Asiaweek edisi 4 April 1997, pakar Islam dari  Georgetown University ini menyebut perkembangan Islam di Asia Tenggara pada masa kini sangatlah menjanjikan. Ketika mayoritas orang Islam di dunia banyak mengidentikkan Islam dengan Arab.

Pilihan Indonesia sebagai pemimpin dunia Islam di masa depan bisa jadi didasarkan pada kelebihan-kelebihan Indonesia yang tak dimiliki negara-negara Muslim lainnya: jumlah penganut Islam terbesar, wilayah yang sangat luas, alam yang kaya dan budaya yang terbuka hingga menjadikannya sebagai negara ketiga paling demokratis di dunia saat ini. Dibandingkan negara-negara Muslim lainnya, Indonesia pun selalu menjadi yang terdepan dalam merespon tuntutan modernisasi politik.

Situasi tersebut menjadikan Indonesia menjadi tempat yang ideal bagi lahirnya berbagai pemikiran Islam. Sebuah produktifitas intelektual yang saat ini tidak begitu bisa dilakukan oleh negara-negara Muslim Timur Tengah (tempat kelahiran Islam) karena mereka tengah sibuk menghadapi gelombang konflik yang berkepanjangan, baik dengan faksi-faksi dalam Islam sendiri maupun dengan negara-negara lain.

Labels Ref : islamindonesia.co.id
Resensi Buku : Fajar Baru Islam Indonesia ?

TUJUH Sunnah Rasulullah yang Perlu Diamalkan




Dari ‘Amr bin ‘Auf bin Zaid al-Muzani radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Barangsiapa yang menghidupkan satu sunnah dari sunnah-sunnahku, kemudian diamalkan oleh manusia, maka dia akan mendapatkan (pahala) seperti pahala orang-orang yang mengamalkannya, dengan tidak mengurangi pahala mereka sedikit pun,” (HR Ibnu Majah: 209).

Hadits yang agung ini menunjukkan keutamaan besar bagi orang yang menghidupkan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, terlebih lagi sunnah yang telah ditinggalkan kebanyakan orang. Oleh karena itu, Imam Ibnu Majah mencantumkan hadits ini dalam kitab “Sunan Ibnu Majah” pada Bab: “(Keutamaan) orang yang menghidupkan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah ditinggalkan (manusia)”.

Imam Muhammad bin Ismail al-Bukhari berkata, “Orang muslim yang paling utama adalah orang yang menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah ditinggalkan (manusia), maka bersabarlah wahai para pencinta sunnah (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam), karena sesungguhnya kalian adalah orang yang paling sedikit jumlahnya (di kalangan manusia)”.
Nah, apa saja sunnah harian Rasulullah itu?

Pertama: Shalat tahajjud, Semua rasul, Nabi, kekasih Allah (auliya”) dan para ulama salaf tidak meninggalkan shalat tahajud. Ini merupakan ciri orang saleh dan ikhlas. Dalam rangkai sahabat Ali Bin Thalib menyatakan bahwa, salah satu dari obatnya hati adalah shalat malam dan tahajud. Dan Allah S.W.T berfirman : “Dan pada sebagian malam hari bertahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. Mudah mudahan Tuhan Mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji,” ( Al-Israa’:79)

Kedua: Membaca Al-Quran dengan Terjemahannya, Al-Quran merupakan petunjuk dan sumber mata kehidupan. Al Qur’an merupakan pedoman muslim untuk hidup dan menjalani kehidupan. Maka membaca atau tadarus Al-Quran itu penting sekali, kita tdk hanya disuruh membaca, tetapi juga memahami dan menghayati artinya serta dilanjutkan dengan mengamalkan ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya. 

Ketiga: Memakmurkan masjid/shalat subuh di mesjid. Masjid adalah rumah nya Allah. Mesjid adalah sebuah tempat suci bagi orang-orang yang senantiasa mensucikan dirinya secara lahir maupun batin. Masjid merupakan tempat untuk menggembleng pengalaman-pengalaman ruhani/spiritual, mengokokohkan iman dan tauhid. Masjid juga sebagai tempat tinggal landas bagi mi’rajnya orang-orang beriman. Dalam artian ini, masjid sebagai tempat menginternalisasikan nilai-nilai Ilahiyah ke dalam dirinya sebagai modal utama dalam kehidupan, baik secara individu, dalam lingkup rumah tangga, masyarkat dan bangsa bahkan dalam lingkup dunia global.

Keempat: Shalat Dhuha, Salah satu rahasia Shalat dhuha adalah karena Shalat Dhuha adalah sedekah. Shalat dhuha adalah ibadah sunnah yang senantiasa dilakukan Rasullah Saw.

Setiap amal ibadah yang diperintahkan ataupun dianjurkan Allah dan Rasul- Nya pasti ada rahasia yang tersembunyi di dalamnya. Memang kadang kemampuan akal kita tak dapat menjangkau/memahaminya. Tapi yang pasti semuanya itu adalah demi kemasalahatan dan kemanfaatan kita, manusia. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Setiap persendian manusia diwajibkan untuk bersedakah setiap harinya mulai matahari terbit. Memisahkan (menyelesaikan perkara) antara dua orang (yang berselisih) adalah sedekah. Menolong seseorang naik ke atas kendaraannya atau mengangkat barang-barangnya ke atas kendaraannya adalah sedekah. Berkata yang baik juga termasuk sedekah. Begitu pula setiap langkah berjalan untuk menunaikan shalat adalah sedekah. Serta menyingkirkan suatu rintangan dari jalan adalah shadaqah ”. [HR. Bukhari dan Muslim].
Orang-orang salafush-shaleh pernah bilang “jika kalian menginginkan kebahagiaan di dunia dan akherat kelak, maka lakukan shalat dhuha”

Kelima: Bersedekah. Allah menyukai orang yang suka bersedekah, dan malaikat Allah selalu mendoakan kepada orang yang bersedekah setiap hari. Seorang sudah bisa disebut mukmin yang sebenarnya, jika sudah bersedekah. Carilah rizki dengan sedekah. Demikian juga bertaubatlah dengan bersedekah, jika kita sakit juga hendaknya bersedekah. Banyak sekali ayat-ayat Al-Quran yang menegaskan dan memerintahkan akan hal ini. bersedekah merupakan tolok ukur dan ciri dari orang-orang yang beriman, shaleh dan bertakwa.

Keenam: Menjaga wudhu terus menerus kerana Allah menyayangi hamba yang berwudhu. Nabi saw, senantiasa dalam keadaan wudhu, baik dalam waktu dan keadaan apapun.  Jangan tinggalkan wudhu. Kalau batal, berwudhulah kembali. Hal itu merupakan kebutuhan kita sendiri dalam rangka untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Kalau kita selalu berwudhu insya Allah akan selamat dari ikatan dan kegenitan dunia dan terjaga dari hal-hal yang kotor (kotoran yang bersifat maupun ruhani). Selanjutnya kita terjaga dari hal-hal yang tidak bermanfaat dan dari perbuatan-perbuatan dosa dan tercela. Karena wudhu merupakan proses pembersihan badan kita secara silmutan dilanjutkan dalam rangka untuk pembersihan fitrah dan hati atau rohani kita
Kata khalifah Ali bin Abu Thalib, “Orang yang selalu berwudhu senantiasa ia akan merasa selalu solat walau ia sedang tidak solat, dan dijaga oleh malaikat dengan dua doa, ampuni dosa dan sayangi dia ya Allah”.

Ketujuh: Amalkan istighfar setiap saat. Dengan istighfar masalah yang terjadi kerana dosa kita akan dijauhkan oleh Allah. istighfar setiap saat dan dalam segala aktivitas apapun diperintahkan beristiqfar. Ketika kita mau tidur, mau makan dalam melakukan suatu pekerjaan, di jalan, di mobil dan di manapun hendaknya selalu dalam keadaan beristiqfar. Orang yang kuat istiqfarnya, maka insting dan kecenderungan rahmatnya (berguna dan bisa membahagiakan orang lain atau bahkan makhluk lain) sangat kuat sekali. Ia pun juga menjadi penuh dengan keutamaan-utamaan, doanya mustajab dan firasatnya tajam (mampu berpikir positif dan menerawang ke depan/berpikir visioner).
Bila kita mampu menjaga dan melakukan “tujuh sunnah Rasullullah saw”. Ini, maka Insya Allah akan muncul pada dirinya sifat-sifat terpuji. Bicaranya dakwah, diamnya zikir, nafasnya tasbih, matanya memancar cahaya rahmat.

Labels Ref : Islampos.com

Selasa, 11 Maret 2014

Ingatlah, Kita Hanyalah MUSAFIR

"Rasulullah Saw memegang pundak Ibnu Umar, lalu bersabda, "Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau pengembara." lalu Ibnu Umar berkata, "Jika engkau berada di waktu sore, maka janganlah engkau menunggu pagi, dan jika engkau berada di waktu pagi, maka janganlah menunggu sore. Dan pergunakanlah waktu sehatmu sebelum engkau sakit dan waktu hidupmu sebelum engkau mati." (HR. Bukhari).

Sesungguhnya kita ini "musafir". Kita ini "pengembara". Seorang musafir tentu sedang dalam perjalanan menuju tujuan akhir yang masih jauh. Jika saat ini kita berada di suatu tempat, maka kita hanyalah mampir di tempat itu untuk sementara, dan setelah itu akan melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan yang sebenarnya.

Demikianlah kehidupan dunia ini hanyalah tempat persinggahan sementara. Tujuan akhir kita adalah "AKHIRAT". Disanalah kehidupan yang sebenarnya. Disanalah kebahagiaan yang sebenarnya, sebagaimana juga penderitaan yang sebenarnya. Disanalah kehidupan yang kekal.

"Tetapi kamu orang-orang kafir memilih kehidupan duniawi. Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal." (QS. Al-A'la :16-17).

Sebelumnya juga kita tidak ada di dunia ini. Allah SWT menciptakan kita, lalu menempatkan kita di dunia ini. Karena perjalanan kita masih panjang, maka pasti kita pasti meninggalkan dunia ini, melanjutkan perjalanan ke tempat (alam) berikutnya, yaitu alam kubur atau alam barzah, lalu terus lagi ke tempat (alam) berikutnya yaitu akhirat. Inilah kebenaran dan kepastian dari Allah tentang perjalanan hidup kita. Kita telah melewati alam yang lalu (alam Ruh dalam 'alam rahim'), kita sedang di sini, di alam dunia, akan menuju ke alam yang akan datang, Akhirat.

كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ۖ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

"Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya lah kamu kembali." (QS. Albaqarah : 28).

Sayangnya, banyak orang bersikap seolah-olah dunia ini tujuan akhir. Seolah-olah mereka akan abadi di dunia. Atau, kalaupun mati nanti, maka semuanya akan berakhir begitu saja, tidak ada pertanggungjawaban atas perbuatan, tidak ada balasan atas kebaikan dan keburukan. Bahagia dan menderita hanyalah di dunia. Sungguh keliru anggapan itu. Kita dan juga mereka, hanyalah musafir. Hanyalah pengembara......

Kalau demikian kenyataannya, lalu mengapa kita harus menghalalkan segala cara untuk mencari dunia, mengumpul harta dan kekuasaan, yang pada akhirnya hanya kita nikmati dalam waktu singkat, tetapi membawa akibat dosa untuk kehidupan yang kekal. Kita boleh kaya dan berkuasa, tapi dengan cara yang halal, bukannya dengan menghalakan segala cara meskipun haram. Lalu bersiaplah untuk menghadapi pemeriksaan Allah atas harta dan kekuasaan itu.

Kalau demikian kenyataannya, lalu mengapa kita harus bersedih karena hidup sederhana, hanya menjadi rakyat biasa, hanya menjadi orang kecil, padahal itu akan membuat kita ringan dalam pemeriksaan Allah atas kepemilikan kita di dunia. Dan bukankah dengan hidup sederhana, berarti banyak kesempatan bisa digunakan untuk beribadah kepada Allah ?.

Ingatlah kita hanya musafir. Jangan lupa bahwa seorang musafir harus mempersiapkan bekal yang cukup, agar tidak menyulitkan dirinya di dalam perjalanan selanjutnya. Ketahuilah bahwa sebaik-baik bekal adalah TAKWA.-

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Hasyr : 18).

وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللهُ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَاأُوْلِي اْلأَلْبَابِ

"Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Ber-bekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepadaKu hai orang-orang yang berakal." (Al-Baqarah: 197) 


Referensi : 
Mereguk Air Kebahagiaan dari Telaga Rasulullah
by. M. Rusli Amin

Senin, 10 Maret 2014

Jangan BERLEBIHAN Dalam Beribadah

Diriwayatkan dari Aisyah ra, bahwa Alhaula binti Tuwait berjalan bersamanya. Disampingnya juga ada Rasulullah Saw, lalu Aisyah ra berkata, "Ini adalah Alhaula binti Tuwait, orang-orang mengatakan bahwa dia tidak tidur pada malam hari.", maka Rasulullah bersabda, "Dia tidak tidur pada malam hari ?, kerjakanlah amal seberapa yang kamu mampu. Demi Allah, Tuhan tidak akan bosan hingga kamulah yang bosan." (HR. Muslim, Ahmad dan Ath Thabarani).

Sesungguhnya Allah itu memudahkan bagi kita dalam menjalankan agama. Allah tidak mempersulit bagi orang-orang yang ingin menempuh jalan kebenaran. Kemudahan dalam beragama merupakan nikmat yang diberikan kepada kita.

 يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ

Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu (QS. Al-Baqarah 185)

Oleh karena itu, janganlah memberatkan diri dalam menjalankan ibadah. Tidak baik berlebih-lebihan dalam beramal sampai-sampai memberatkan diri sendiri. Sesungguhnya orang yang memberatkan dirinya dalam beribadah berarti ia telah menyalahi hakikat Islam. Bukankah Rasulullah Saw, telah bersabda, "Sesungguhnya agama itu mudah. Janganlah seorangpun memberatkan agama kecuali menguasainya. Maka luruskanlah, berlakulah wajar dan bergembiralah. Mintalah pertolongan pada waktu yang lapang di pagi hari dan sedikit di malam hari" (HR. Bukhari, An Nasai dan Ahmad).

Kita wajib menyederhanakan amal ibadah. Namun tidak boleh mengurangi dari kadar yang telah ditentukan. Kita juga dilarang untuk melebih-lebihkan. Artinya beribadahlah sesuai dengan kewajaran. Allah SWT tidak menjamin pahala bagi orang yang memaksakan diri menunaikan ibadah. Seperti seseorang yang memaksakan diri dalam menjalankan amalan-amalan sunnah secara berlebih-lebihan, sampai melupakan kewajiban utama. Ibadah yang berlebih-lebihan menyebabkan seseorang menjadi cepat bosan. Yang akhirnya timbul rasa malas dan ujung-ujungnya sama sekali enggan melaksanakannya.

Sesungguhnya agama Islam menghendaki agar umat ini bisa bahagia dunia dan akhirat. Islam tidak menghendaki seseorang hanya mengejar kebahagiaan akhirat saja, sementara kehidupan dunianya menyedihkan. Oleh karena itu di dalam beribadah, Islam mengatur waktu-waktu tertentu. Kita diberi waktu kapan untuk menunaikan kewajiban duniawi dan kapan menunaikan kewajiban ukhrawi.

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الأرْضِ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (QS. Al-Qashash 77).

Diriwayatkan bahwa ada tiga orang yang mendatangi istri Nabi Saw, mereka saling menceritakan amal ibadah yang dilakukannya. "Sesungguhnya aku shalat malam selama-lamanya". Ada yang berkata, "Aku berpuasa sepanjang masa dan tidak berbuka". Yang lainmengatakan,"Aku menjauhi wanita dan tidak akan menikah untuk selama-lamanya". Kemudian Rasulullah Saw datang dan mendengar ucapan mereka. Rasulullah Saw bersabda, "Benarkah yang mengatakan demikian. Demi Allah, sesungguhnya aku lebih takut kepada Allah daripada kalian. Namun aku berpuasa dan berbuka, aku shalat, aku tidur, dan aku mengawini wanita. Barangsiapa yang membenci sunnahku, maka bukanlah dari umatku". (HR. Bukhari dan Muslim). 

Sesungguhnya Islam tidak serumit agama-agama lainnya. Islam cukup sederhana dan tidak menyulitkan bagi pemeluknya dalam menjalankan ibadah. Kita tidak boleh melakukan ibadah secara berlebih-lebihan dan memaksakan diri. Tetapi juga tidak boleh mengurangi aturan yang sudah ditentukan.

Haula, adalah wanita shalihah pada jaman Nabi Saw. Ia memaksakan diri beramal ibadah kepada allah. Ia merasa bahwa dengan ibadahnya yang berlebih-lebihan itu menjadikan dirinya mulia dihadapan Allah. Bayangkan dia tidak tidur di malam hari dan tegak menunaikan shalat. Ketika siang haripun sibuk berpuasa dan tegak berdiri untuk shalat, bahkan duduk tafakur tak kenal waktu. Ia menyangka dengan melakukan demikian itu dirinya menjadi lebih mulia. Namun sesungguhnya Islam tidak menghendaki seperti itu. Justru apa yang dilakukannya itu menyalahi petunjuk islam. Bukankah Islam menyuruh umat untuk hidup seimbang, dan tidak melampaui batas.

Seandainya Islam menyuruh manusia untuk mengejar kepentingan akhirat saja, barangkali rasulullah tidak menegur Haula. Padahal ketika Aisyah memperkenalkan, "Inilah Haula, orang bilang ia tidak pernah tidur malam". Lalu Rasulullah menimpali dengan heran, "Dia tidak tidur malam?". Selanjutnya Rasulullah Saw memperingatkan agar Haula beribadah secara wajar, tidak berlebih-lebihan. Karena kewajaran itu akan menghasilkan kebaikan. Meskipun ibadah itu adalah baik, tetapi jika berlebih-lebihan akan menghasilkan kemudlaratan.